Pergulatan Awal dan Janji Tersembunyi


Pergulatan Awal dan Janji Tersembunyi - Dinding energi biru yang dipancarkan Anya menahan serangan sosok bayangan itu dengan dentuman keras, memercikkan percikan kegelapan saat benturan. Itu adalah refleks murni, sebuah respons naluriah yang keluar dari kedalaman jiwanya yang baru bangkit, namun kekuatannya terasa begitu alami, seolah ia sudah menggunakannya seumur hidup. Sosok bayangan itu mendesis frustrasi, terdorong mundur beberapa langkah, asap hitam tipis mengepul dari tubuhnya yang transparan. Anya masih terkejut dengan apa yang baru saja ia lakukan, matanya membelalak, namun ia tidak punya waktu untuk merenung.

Kai, di sisi lain, tidak membuang waktu. Ia melompat maju, memanggil energi keemasan yang membentuk pedang di tangannya, bilahnya berkilauan tajam di bawah cahaya rembulan. Ia menghadapi dua sosok bayangan sekaligus, gerakannya cair dan mematikan, setiap ayunan pedangnya presisi, membelah udara dengan desingan tajam. Pertarungan mereka adalah tarian mematikan antara cahaya dan bayangan, kilatan emas beradu dengan kegelapan pekat.

Anya masih belum sepenuhnya menguasai kekuatannya yang baru ditemukan. Ia mencoba lagi, kali ini memfokuskan pikirannya, mengingat kilasan Elara di masa lalu yang memanggil elemen alam. Ia memusatkan energinya, dan sebuah percikan api kecil muncul di telapak tangannya, berkedip-kedip redup. Namun, itu tidak cukup untuk melawan ancaman yang mengelilingi mereka. Sosok bayangan ketiga, dengan cakar bayangan yang memanjang dan tajam, melesat ke arahnya, mengincar leher Anya dengan kecepatan mengerikan.

"Fokus, Elara!" teriak Kai, suaranya menggelegar di tengah desingan pedang. Ia berhasil menangkis serangan fatal dari salah satu sosok bayangan, namun ia tidak bisa berada di dua tempat sekaligus. "Rasakan kekuatanmu! Biarkan ingatanmu membimbing!"

Anya memejamkan mata sesaat, mengingat kilasan dirinya sebagai Elara, sosok yang begitu kuat dan mahir, menguasai elemen api dan tanah. Ia mencoba meniru sensasi itu, merasakan energi yang melonjak dari dalam dirinya, panas dan hidup. Saat ia membuka mata, api di tangannya tidak lagi hanya percikan. Percikan api itu membesar menjadi bola api kecil yang bisa ia lemparkan. Dengan segenap kekuatannya yang baru, ia melemparkan bola api itu ke sosok bayangan yang mendekat. Bola api itu mengenai dada makhluk itu, yang langsung melolong kesakitan saat api spiritual itu membakar esensinya, dan lenyap menjadi gumpalan asap hitam pekat.



Ini adalah awal dari ingatan yang kembali, sebuah bukti bahwa Elara di dalam dirinya mulai bangkit. Namun, ia masih kikuk, kekuatannya belum stabil.

Pertarungan berlangsung sengit. Kai bertarung dengan cekatan, pedangnya menebas dan menangkis, cahaya keemasannya mengusir kegelapan. Ia adalah seorang pejuang yang tak tertandingi, namun jumlah musuh terlalu banyak. Dua sosok bayangan lagi tiba-tiba muncul dari kegelapan di balik reruntuhan, bergabung dalam serangan, menekan Kai dari segala arah. Mereka licin seperti asap, sulit diprediksi, dan menyerang tanpa henti.

Salah satu sosok bayangan berhasil menyelinap melewati Kai yang sedang sibuk menghadapi serangan bertubi-tubi. Makhluk itu melesat lurus ke arah Anya, cakar bayangannya teracung tinggi, siap menghancurkan. Anya mencoba memanggil kembali bola apinya, tapi kekuatan itu belum patuh sepenuhnya, ia hanya bisa menghasilkan percikan kecil. Ia tahu ini adalah akhirnya.

"Anya! Awas!" teriak Kai, suaranya dipenuhi kepanikan yang jarang ia tunjukkan. Ia berusaha mencapai Anya, tapi ia terkunci dalam pertarungan.

Namun, sudah terlambat. Sosok bayangan itu hanya berjarak beberapa inci dari Anya. Tiba-tiba, dari balik semak-semak lebat yang menutupi bagian belakang kuil, sesosok tubuh ramping melesat keluar dengan kecepatan dan kelincahan yang luar biasa, seolah ia adalah bayangan itu sendiri. Wanita itu mengayunkan sebuah belati perak yang berkilauan, bilahnya memancarkan cahaya dingin di bawah rembulan. Belati itu menancap tepat di punggung sosok bayangan yang menyerang Anya. Makhluk itu mengeluarkan jeritan mengerikan, bukan suara, melainkan getaran yang menusuk jiwa, sebelum tubuhnya buyar menjadi asap hitam yang dengan cepat menghilang ditelan angin malam.

Anya dan Kai menoleh, terkejut sekaligus lega. Di sana, berdiri seorang wanita muda dengan rambut merah menyala yang diikat tinggi, dengan tatapan tajam dan pakaian serba hitam yang praktis, dirancang untuk bergerak cepat dan menyelinap. Ia memegang busur ramping di tangan kirinya, anak panah yang ujungnya berkilau perak sudah terpasang, siap ditembakkan kapan saja.

"Kau lagi?" Kai mendesah, ekspresinya antara kesal dan sedikit tersenyum. "Kau selalu muncul di saat yang paling tidak tepat... atau paling tepat, tergantung bagaimana kau melihatnya."

Wanita berambut merah itu menyeringai, senyumnya dingin namun memancarkan kepercayaan diri. "Jangan khawatir, Puan Penjaga. Aku hanya lewat. Tapi sepertinya kalian butuh bantuan. Pangeran sepertimu ini selalu saja ceroboh." Ia melirik Anya, matanya menilai dari ujung kepala hingga kaki, lalu berhenti sejenak pada simbol yang berpendar di pergelangan tangan Anya. "Jadi, kau yang Elara itu. Tidak buruk untuk seorang yang baru bangkit."

Dua sosok bayangan terakhir yang tersisa, menyadari bahwa mereka kalah jumlah dan kekuatan, melolong pelan, lalu mundur cepat ke dalam kegelapan di antara reruntuhan, menghilang seperti kabut. Pertempuran mereda secepat dimulainya.

"Siapa dia?" bisik Anya kepada Kai, masih sedikit terengah-engah dan tercengang. Ia merasakan gelombang kelelahan yang luar biasa menggerogoti tubuhnya setelah ledakan kekuatan yang tak terduga.

"Dia... seorang sekutu yang rumit," jawab Kai, tatapannya masih tertuju pada wanita berambut merah itu, yang kini memasukkan belati peraknya kembali ke sarung di pinggangnya. "Dia bernama Aruna. Dan dia punya agendanya sendiri, yang tidak selalu sejalan dengan kita."

Aruna melangkah mendekat, matanya yang tajam beralih dari Kai ke Anya, ekspresinya kini menjadi serius, tanpa senyum. "Dunia ini dalam bahaya yang jauh lebih besar dari yang bisa kalian bayangkan. Dan kalian berdua adalah kuncinya untuk mencegah kehancuran total. Tapi ingat, takdir tidak selalu seperti yang kita harapkan. Ada rahasia yang lebih dalam yang belum kalian ketahui, dan ikatan yang melampaui hanya sekadar 'penjaga dan yang dijaga'."

Wanita itu kemudian berbalik, melesat pergi tanpa jejak, menghilang ke dalam kegelapan di antara reruntuhan kuil kuno secepat ia muncul. Anya menatap punggungnya yang menghilang, bertanya-tanya apa rahasia yang dimaksud Aruna. Ia merasakan gelombang kelelahan yang luar biasa, namun juga sebuah tekad baru yang kuat membara di dalam dirinya. Ia adalah Elara, sang Penjaga. Ia tidak sendirian. Kai ada di sampingnya, dan sekarang, ada Aruna yang misterius.

Tapi rahasia apa yang belum terungkap, dan ikatan apa yang melampaui takdir mereka? Siapa sebenarnya Aruna, dan mengapa ia begitu enggan membantu sepenuhnya? Pertarungan pertama telah usai, namun Anya tahu, ini hanyalah awal dari perjalanan yang jauh lebih panjang, dan mungkin, lebih berbahaya.

Judul Novel: Simfoni Bayangan dan Takdir

Anda dapat membaca keseluruhan ceritanya DISINI

Mengulas berbagai produk untuk menginformasikan kepada pembaca setia kami